Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu...Dipaksa pecahkan karang... Lemah jarimu terkepal...
Pikiran ini masih
terusik dengan peristiwa semalam didekat kolong UKI, tempat aku menunggu
bis pulang ke Bekasi. Dua bocah kecil ; anak jalanan kisaran 6 tahunan
bercanda dengan "khas yang mereka miliki" (lebih tepatnya kasar, tanpa
tahu akibat dan cari perhatian disekitarnya). Mereka berlarian, saling
dorong lalu tiba-tiba "blukkk !" salah satu anak jatuh
tersungkur mencium aspal jalan. Seketika dia menangis keras, meronta
kesakitan, memegangi kening & kepalanya. Mereka berada tepat 3 meter
didepanku. Tak tega aku melihatnya. Kulihat ada darah yang mengalir,
entah bersumber dari kepala atau keningnya. Hatiku miris dan hanya bisa
mengucap "Ya Allah..."
Kaki ini rasanya berat untuk mendekat. Yang kupikirkan hanya takut karena daerah ini lumayan rawan dan aku tak tahu harus berbuat apa. Karena tak lama kemudian ada beberapa pengamen dewasa mendekatinya, menanyakan kenapa dan kulihat mereka sibuk membersihkan luka di kening & kepala anak itu dengan air mineral serta menutupnya dengan perban seadanya. Tampak seorang "checker bis" atau petugas pengatur bis kota juga ikut mendekatinya.
Pikiran & hatiku saat itu terus berkecamuk apakah aku harus mendekat ? karena dia sudah dikerumuni banyak pengamen dewasa. Aku hanya bisa berharap semoga anak itu baik-baik saja. Lalu tak lama sang checker ada disampingku.
"Anak itu bagaimana Pak?" tanyaku.
"Yahh itu sudah biasa Mbak, anak jalanan sih, kalau bercanda pada kasar" jawabnya standar.
Aku gemas dan penasaran "Memang ibunya kemana pak ?"
Pak checker menjawab "Wong namanya anak jalanan, itu anak rame-rame mbak ! bapaknya gak tau yang mana, Ibunya juga buang dia waktu umur 4 tahun !"
"Astaghfirullah" hatiku benar-benar remuk rasanya. Selintas, wajah anakku yang selalu penuh senyum terbayang. "Beruntunglah kamu anakku, saat ini kamu sedang berada di kasur empuk & bercanda dengan Pipi-mu" gumamku.
Betapa besar ketimpangan ini ada di Ibu Kota. Mungkin sudah ratusan anak jalanan aku jumpai selama kurang lebih 8 tahun aku mengais rejeki di Jakarta. Mereka seharusnya berada di rumah, belajar, merasakan kasih sayang dan tidur dengan nyaman. Namun inilah kenyataan, jalanan adalah rumah mereka. Mungkin aku sangat menyesal karena tidak dapat mengulurkan tanganku secara langsung. Namun, selalu ada doa yang biasa aku ucapkan ketika melihat anak-anak jalanan. Semoga kelak kalian menjadi orang yang beruntung, bisa lepas dari kerasnya jalanan ini. Bis kota yang kutunggu sudah datang. Pengamen dewasa yang tadi membantu si bocah mengiringi bis-ku dalam lagu. Terimakasih...masih ada simpatimu untuknya !
Kaki ini rasanya berat untuk mendekat. Yang kupikirkan hanya takut karena daerah ini lumayan rawan dan aku tak tahu harus berbuat apa. Karena tak lama kemudian ada beberapa pengamen dewasa mendekatinya, menanyakan kenapa dan kulihat mereka sibuk membersihkan luka di kening & kepala anak itu dengan air mineral serta menutupnya dengan perban seadanya. Tampak seorang "checker bis" atau petugas pengatur bis kota juga ikut mendekatinya.
Pikiran & hatiku saat itu terus berkecamuk apakah aku harus mendekat ? karena dia sudah dikerumuni banyak pengamen dewasa. Aku hanya bisa berharap semoga anak itu baik-baik saja. Lalu tak lama sang checker ada disampingku.
"Anak itu bagaimana Pak?" tanyaku.
"Yahh itu sudah biasa Mbak, anak jalanan sih, kalau bercanda pada kasar" jawabnya standar.
Aku gemas dan penasaran "Memang ibunya kemana pak ?"
Pak checker menjawab "Wong namanya anak jalanan, itu anak rame-rame mbak ! bapaknya gak tau yang mana, Ibunya juga buang dia waktu umur 4 tahun !"
"Astaghfirullah" hatiku benar-benar remuk rasanya. Selintas, wajah anakku yang selalu penuh senyum terbayang. "Beruntunglah kamu anakku, saat ini kamu sedang berada di kasur empuk & bercanda dengan Pipi-mu" gumamku.
Betapa besar ketimpangan ini ada di Ibu Kota. Mungkin sudah ratusan anak jalanan aku jumpai selama kurang lebih 8 tahun aku mengais rejeki di Jakarta. Mereka seharusnya berada di rumah, belajar, merasakan kasih sayang dan tidur dengan nyaman. Namun inilah kenyataan, jalanan adalah rumah mereka. Mungkin aku sangat menyesal karena tidak dapat mengulurkan tanganku secara langsung. Namun, selalu ada doa yang biasa aku ucapkan ketika melihat anak-anak jalanan. Semoga kelak kalian menjadi orang yang beruntung, bisa lepas dari kerasnya jalanan ini. Bis kota yang kutunggu sudah datang. Pengamen dewasa yang tadi membantu si bocah mengiringi bis-ku dalam lagu. Terimakasih...masih ada simpatimu untuknya !
berbuatlah sesuatu yang bisa kita lakukan,kisah yang bermakna dan berarti ,terima kasih semoga mereka yang di jalan bisa merasakan hangat nya suasana rumah.
BalasHapus